RESUME ILUSI NEGARA ISLAM
RESUME ILUSI NEGARA ISLAM
OLEH : MIFTAKUL
KHOIRIYAH / 122 111 135 / AS A6
PENGANTAR (MUSUH DALAM SELIMUT)
LibForAll Foundation melakukan penelitian terhadap Islam yang ada
di Indonesia. LibForAll Foundation merupakan lembaga non pemerintah yang
bergerak di bidang perdamaian dunia yang diilhami oleh warisan budaya Indonesia
sebagai usaha untuk menghadirkan Islam yang rahmatan lil’alamin. Dalam
melakukan usaha tersebut, didasari oleh pendekatan spiritual yang mampu
mendorong transformasi individual maupun sosial. Hal tersebut tidak lain
didasarkan pada sabda Nabi SAW bahwa terdapat perang yang lebih besar selain perang
– perang yang telah umat Islam lakukan saat itu, yaitu memerangi hawa nafsu.
Hawa nafsu sangat sulit diperangi karena merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari diri setiap orang.
Hawa nafsu selalu berpotensi merusak dan membuat jiwa tidak tenang.
Orang yang telah mampu menjinakkan hawa nafsunya maka dia akan tenang serta
mampu memberikan manfaat kepada siapapun. Sedangkan orang yang masih dikuasai
oleh hawa nafsu maka dia akan selalu menjadi sumber keresahan bagi siapapun.
Pertentangan antara kedua pihak tersebut senantiasa mewarnai sejarah seluruh
penjuru dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Meskipun seringkali terjadi pertentangan, namun ajaran spiritual
dan nilai – nilai luhur tetap terjaga, semenjak zaman Hindu Budha sampai
sekarang. Bahkan pada masa modern pun hal tersebut terwujud dalam proses
kelahiran dan tumbuhnya kesadaran kebangsaan sehingga mampu melahirkan Negara
Pancasila yang kental dengan nilai – nilai keagamaan dan budaya bangsa. Para
pendiri bangsa sadar bahwa Pancasila mencerminkan ajaran – ajaran utama semua
agama. Oleh karena itu mereka menghadirkan agama sebagai wujud kasih sayang
Tuhan kepada makhluknya melalui Pancasila. Pada awalnya memang terdapat
pertentangan antara kubu Islam dengan kubu Nasionalisme. Namun setelah melalui
dialog panjang akhirnya dapat diterima bahwa Pancasila dan UUd 1945 merupakan
final dan kesepakatan nasional kebangsaan Indonesia. Sikap tersebut juga
merupakan tanggungjawab untuk menjamin masa depan bangsa sebagai bangsa yang
senantiasa memegang budaya dan tradisi serta sesuai dengan ajaran – ajaran
agama.
Akan tetapi, menjelang dan setelah berakhirnya kekuasaan Orde Baru
muncullah ormas – ormas dan parpol yang berusaha mengubah Negara bangsa menjadi
Negara agama versi mereka. Mereka mengklaim bahwa mereka memahami kandungan
kitab suci sehingga mereka berhak menjadi khalifah Allah dan menguasai dunia
serta memaksa orang lain mengikuti pemahaman mereka. Mereka menjadikan Islam
sebagai alat politik untuk menterang siapapun yang dianggap bertentangan dengan
pemahaman mereka. Mereka berusaha keras menolak budaya dan tradisi yang telah
mendarah daging di Indonesia serta ingin mengganti dengan budaya Timur Tengah.
Kelompok garis keras berusaha merebut simpati umat Islam dengan
meneriakkan amar ma’ruf nahi munkar versi mereka yang mampu menyedot perhatian.
Dengan adanya pemahaman yang tidak komprehensif tersebut membuat mereka mudah
mengkafirkan orang. Mereka melakukan aksi – aksi anarkis, pengkafiran dan
pembunuhan karakter lainnya yang berpotensi memecah belah belah kesatuan
bangsa. Berdasarkan perbedaan pemahaman tersebut mereka menganggap muslim lain
tidak Islam sehingga mereka melakukan penyusupan ke lembaga – lembaga
pendidikan dan sebagainya sebagai usaha untuk meracuninya dengan pemahaman
mereka sehingga mereka menjadi kaku juga. Infiltrasi tersebut telah dilakukan
sejak lama serta menimbulkan kekacauan dalam ormas – ormas Islam tersebut.
Bahkan mereka telah melakukan infiltrasi terhadap dua ormas terbesar di
Indonesia, yakni Muhammadiyah dan NU. Mereka melakukan infiltrasi kedalamnya
dan mematrikan agen ekstremis yang telah ada di dalamnya. Menyadari betapa
membahayakannya pengaruh yang ditimbulkan oleh gerakan garis keras tersebut,
baik NU maupun Muhammadiyah melakukan penataan ulang terhadap organisasinya.
PBNU dengan tegas menyatakan bahwa gerakan transnasional merupakan gerakan
politik berbahaya karena mengancam paham aswaja dan merongrong keutuhan bangsa.
Infiltrasi garis keras pada dasarnya lebih gencar daripada upaya NU
untuk mengusir. Salah satu penyebab kegagalan NU maupun bidang lainnya
menghentikan infiltrasi tersebut adalah fenomena “kyai materi” yang lebih
mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan umat dan Negara. Di sisi
lain banyak kyai spiritual yang mundur dari kepentingan pribadi tersebut dan
hanya fokus berbagi ilmu kepada orang – orang yang datang. NU dan Muhammadiyah
bisa menjadi penyangga bangunan Negara dan bangsa Indonesia dengan dukungan
anggotanya yang besar. Oleh karena itu, mereka harus menggiatkan kembali
spiritual dan kembali ke nilai – nilai utamanya dengan harapan para ulama mampu
membimbing penguasa agar tidak terperalat oleh mereka.
Siapapun yang tidak memahami Islam secara mendalam akan beranggapan
bahwa pemahaman mereka sama dengan umat Islam lainnya. Padahal mereka
menjadikan ajaran Islam, khususnya amar ma’ruf nahi munkar dan konsep rahmatan
lil’alamin sebagai legitimasi untuk melakukan kekerasan dan penyerangan
terhadap siapapun yang berbeda serta sebagai formalisasi Islam. Sikap militan
serta klaim – klaim kebenaran kelompok garis keras ini mampu membuat mayoritas
Umat Islam kebingungan menghadapi mereka. Sehingga banyak otoritas pemerintah
bersedia melakukan dikte mereka.
Rendahnya perhatian dan keprihatinan aliran garis keras tidak hanya
mengenai ideology, gerakan dan infiltrasi mereka, namun aliran dana Wahabi juga
hampir lepas dari perhatian publik. Ada orang – orang yang sadar bahwa aliran
dana Wahabi dengan jumlah sangat besar masuk Indonesia, namun sangat sulit
untuk membuktikan hal tersebut karena penerima sangat sensitive akan issue
tersebut. Para agen garis keras senantiasa mengatakan bahwa aliran dana asing
dari Barat digunakan untuk menghancurkan Islam di Indonesia. Kenyataannya,
beberapa yayasan Barat mempublikasikan programnya sehingga publik dapat
mengetahui bagaimana program tersebut serta jumlah dananya.
Hal tersebut berbeda jauh dengan gerakan Wahabi. Dengan mengusung ciri
khas Arab berjubah dan berjenggot, mereka ingin menunjukkan bahwa persepsi
ekstrem mereka merupakan ajaran Islam sesungguhnya dan harus diperjuangkan.
Padahal mereka bertujuan untuk merusak Islam dan melakukan kekerasan yang
didasarkan atas nama Islam. Oleh sebab itu, alasan melawan garis keras adalah
untuk mengembalikan kehormatan Islam yang telah mereka nodai serta
menyelamatkan bangsa dan Pancasila. Kemenangan terhadap mereka akan mampu
mengembalikan kemuliaan ajaran agama Islam rahmatan lil’alamin serta kunci
membangun perdamaian dunia.
ANALISIS
NABI Muhammad SAW membawa ajaran Islam sebagai agama yang rahmatan
lil’alamin. Islam adalah agama yang senantiasa mengajarkan kasih sayang, penuh
toleran serta tidak memberikan paksaan kepada pihak lain. Islam menghormati
budaya yang telah berkembang selama tidak bertentangan dengan syariat ajaran
Islam itu sendiri. Tidak ada paksaan bagi siapapun untuk memeluk agama Islam.
Islam yang ada di Indonesia juga merepresentasikan ajaran Islam
yang rahmatan lil’alamin. Para Walisongo menyebarkan Islam dengan cara yang
santun, penuh toleran dan tidak ada paksaan. Mereka mengadaptasi budaya dan
tradisi yang telah berkembang di Indonesia serta meraciknya dengan ajaran –
ajaran Islam. Mereka mampu menghadirkan Islam yang penh kasih sayang terhadap
masyarakat Indonesia sehingga Islam dapat diterima dengan baik di Negara ini.
Namun, konsep indah tersebut rusak dengan salahnya pemahaman
golongan – golongan tertentu terhadap Islam. Mereka mengklaim bahwa persepsi
mereka benar dan sempurna serta memaksakan pemahaman tersebut kepada orang
lain. Mereka mendiskreditkan ajaran – ajaran yang tidak sesuai dengan pemahaman
mereka serta mengkafirkan mereka dengan semena – mena. Bahkan mereka
mengorganisir anggotanya untuk menyebarkan pemahaman mereka ke seluruh dunia
serta merusak tatanan Islam yang rahmatan lil’alamin. Mereka berusaha untuk
menguasai dunia dan menjadikannya ladang bagi mereka untuk menerapkan khilafah
Islamiyah sesuai pemahaman mereka.
Umat Islam Indonesia harus sadar akan potensi tersebut. Sudah
seharusnya umat islam memahami Islam secara komperehensif sehingga doktrin yang
mereka kemukakan tidak bertentangan dengan prinsip – prinsip syariah. Ketika
orang Islam sudah mempunyai pemahaman yang salah akan ajaran Islam, bahkan
apabila pemahaman tersebut tidak berdasar, tentu hal tersebut akan merusak
siapapun yang mengamalkan dan mengikuti doktrin mereka itu. Ketika hal tersebut
sudah sampai pada tataran politik, bukan tidak mungkin Negara yang telah dibina
dan dikelola dengan baik akan hancur akibat paradigma yang salah tersebut serta
adanya keinginan mendirikan Negara Islam versi mereka.
Komentar