SOSIOLOGI
A. PENDAHULUAN
Di dalam masyarakat senantiasa ditemukan adanya satuan-satuan sosial.
Setiap satuan sosial memiliki bentuk dan sifatnya masing-masing. Salah satu
satuan sosial tersebut adalah berupa kelompok primer atau kelompok utama, yang
umumnya dikenal dengan keluarga. Keluarga disebut kelompok utama karena mereka
adalah satuan sosial paling kecil yang membentuk satuan sosial yang lebih
besar, satuan mereka ini merupakan wujud dari sebuah masyarakat.
Sosiologi adalah ilmu yang terbilang cukup baru dibanding ilmu
lainnya dalam ilmu-ilmu sosial. Diperkenalkan pertama
kali oleh Auguste Comte yang membuat namanya dikenal sebagai ‘Bapak Sosiologi’
dan dibakukan menjadi disiplin ilmu pengetahuan berkat jasa besar Emile
Durkheim. Hingga kini sosiologi menjadi ilmu yang sangat populer seiring dengan
makin rumitnya problematika yang muncul dalam masyarakat di abad 21 ini.
Mempelajari sosiologi tidak terlepas dari berbagai teori yang menjadi landasan utama untuk menganalisis perubahan masyarakat dan berbagai gejala sosial yang muncul akibat perubahan tersebut. Pada mata kuliah ini akan dibahas secara detail dimulai dari sejarah lahirnya teori sosiologi, hingga berbagai pemikiran para tokoh yang memiliki sumbangsih besar terhadap perkembangan sosiologi yang dikenal sebagai peletak dasar ilmu sosiologi diantaranya Auguste Comte, Karl Marx, Emile Durkheim dan Max Weber.
C. PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN SOSIOLOGI
Sosiologi adalah ilmu yang berkenaan dengan kehidupan
bermasyarakat. Sosiologi sebagai suatu disiplin ilmu memiliki beberapa term.
Secara harfiyah atau etimologi, sosiologi berasal dari bahasa latin Socius dan
Logos. Socius berarti teman, atau sahabat. Sedangkan Logos berarti ilmu
pengetahuan. Jadi sosiologi berarti ilmu pengetahuan tentang bagaimana
berteman, berkawan, bersahabat atau suatu ilmu yang membicarakan tentang
bagaimana bergaul dengan masyarakat, dengan kata lain sosiologi mempelajari
tentang masyarakat, atau ilmu pengetahuan tentang hidup masyarakat.
Sedangkan secara terminologi, beberapa ahli memberi batasan
pengertian sebagai
berikut:
a.
Alvin Bertrand
Sosiologi adalah studi
tentang hubungan antara manusia (human relationship)
b.
Mayor Polak
Sosiologi adalah suatu
ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni
hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok
dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis.
c.
Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur sosial
dan proses sosial, termasuk perubahan sosial.
d.
P.J. Bouwman
Sosiologi adalah ilmu
masyarakat umum
e.
Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala-gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dengan agama;
keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik
dan lain sebagainya
f.
Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok
g.
William F. Ogburn dan Meyer F.Nimkoff
Sosiologi adalah
penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu
organisasi sosial.
h.
Auguste Comte
Sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan pula hasil terakhir
perkembangan ilmu pengetahuan, didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, dibentuk berdasarkan observasi dan
tidak pada spekulasi-spekulasi perihal keadaan masyarakat serta hasilnya harus
disusun secara sistematis.
i.
Emile Durkheim
Sosiologi adalah
ilmu tentang lembaga-lembaga sosial, yakni pikiran-pikiran dan
tindakan-tindakan yang sudah “tertera” yang sedikit banyak menundukkan para
warga masyarakat.
j.
J.A.A. Van Doorn dan C.J. Lammers
Sosiologi ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang
bersifat stabil.
k.
Soerjono Soekanto
Sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk di
dalamnya perubahan-perubahan sosial.
Dari beberapa definisi diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa Sosiologi adalah cabang dari imu pengetahuan sosial yang
mempelajari;
1. manusia yang
hidup dalam kelompok yang disebut masyarakat,
2. pola-pola
hubungan antara manusia baik secara individu maupun secara kelompok,
3. hubungan
manusia dengan lembaga-lembaga sosial, seperti norma-norma dan kaidah-kaidah
sosial,
4. pola-pola
kehidupan manusia kaitannya dengan kondisi lingkungannya.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia baik secara
individu maupun secara kelompok dan akibat dari hubungan tersebut diantaranya
adalah berupa nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan yang dianut oleh
manusia di dalam kelompok tersebut.
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi
segenap unsur ilmu pengetahuan. Disebut ilmu pengetahuan karena pengetahuan yang
diperoleh dengan penelitian yang mendalam, menggunakan metode-metode
ilmiah. Sedangkan metode ilmiah ialah segala cara yang dipergunakan oleh
sesuatu ilmu untuk sampai kepada pembentukan ilmu menjadi suatu kesatuan yang
sistematis, organis, dan logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Agar suatu
pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan harus memenuhi syarat antara
lain:
1.
Jelas obyek yang dibahas sehingga berbeda dengan ilmu lain
2.
Mempergunakan metode-metode ilmiah
3.
Tersusun secara sistematis
Sosiologi dapat memenuhi syarat disebut sebagai ilmu karena:
1.
Memiliki obyek yang jelas, yakni masyarakat struktur, unsur, proses
dan perubahan sosial
2.
Mempergunakan metode-metode ilmiah
3.
Merupakan hasil penelitian/penelaahan sosiologi yang tersusun
menjadi satu kesatuan yang bulat, sistematis, logis, saling berhubungan,
sehingga membedakannya dengan ilmu-ilmu lainnya
2.
TEORI – TEORI SOSIOLOGI
Ritzer memetakan teori sosiologi
berdasarkan paradigma yang dianut masing-masing teori.
Menurut Ritzer paradigma adalah pandangan yang mendasar
dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (discipline).
Ritzer membagi tiga paradigma teoretis sosiologi yaitu paradigma fakta
sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial.
Paradigma fakta sosial dinyatakan
sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Fakta
sosial adalah sesuatu yang riil, dia memiliki realitas tersendiri. Dia
adalah barang sesuatu yang berada di luar individu, namun memiliki kekuatam
memaksa terhadap individu. Fakta sosial terdiri dari struktur
sosial dan pranata sosial. Paradigma ini diwakili oleh Durkheim dalam
sosiologi klasik dan strukrural fungsional, teori konflik, teori sistem, dan
teori sosiologi makro dalam teori sosiologi modern.
Paradigma definisi sosial
menekankan hakikat kenyataan sosial yang bersifat subjektif lebih
daripada eksistensinya yang terlepas dari individu. Paradigma definisi
sosial mengartikan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha menafsirkan dan
memahami (interpretative understanding) tindakan sosial. Paradigma ini
sangat menekankan arti subjektif tindakan manusia. Paradigma ini dimotori oleh
Max Weber dalam periode klasik sedangkan dalam periode teori modern diwakili
oleh teori tindakan, dramaturgi, interaksionis simbolik, fenomenologi, etnometodologi,
dan teori aksi.
Paradigma perilaku sosial
memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dengan
lingkungannya. Menurut paradigma ini pokok persoalan dalam
sosiologi adalah tingkah laku individu. Lebih lanjut paradigma ini menekankan
pendekatan objektif empiris terhadap kenyataan sosial. Menurut
paradigma ini, data empiris mengenai perilaku-perilaku individu yang
nyata. Paradigma ini dimotori oleh B.F Skinner yang mencoba menerapkan
prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi.
Menurut Skinner, objek studi sosiologi yang konkret
realistis adalah perilaku manusia yang tampak dan kemungkinan
perulangannya (behavior of man and contigences of reinforcement).
Margaret Poloma memetakan teori
sosiologi ke dalam tiga kelompok yaitu teori
sosiologi naturalistik atau positivistik, teori sosiologi humanistik atau
interpretative dan teori sosiologi evaluatif atau terapan. Poloma yang
memetakan teori sosiologi ke dalam dua kelompok dengan mengangkat
kenabian dan pendeta untuk ketiga varian teori tersebut. Poloma menggunakan analogi keagamaan dalam membahas gambaran
diri seorang sosiolog sebagai “nabi" dan “pendeta”. Nabi bagi suatu agama adalah
seorang pengkritik dunia sosialnya dengan mendengung-dengungkan
kebutuhan perubahan untuk mencegah malapetaka di masa
yang datang. Sebagaimana halnya yang sering berselisih paham
dengan masyarakat yang ada di sekitarnya, para nabi dalam sosiologi pun juga
sering berselisih paham dengan masyarakat dan ilmuwan yang ada
dalam disiplin ilmunya.
Upaya untuk menancapkan sosiologi
sebagai disiplin yang berwibawa, maka lahir pulalah
lembaga-lembaga kependetaan. Para ahli sosiologi yang memiliki sifat
kependetaan ini, seperti halnya pendeta keagamaan, lebih mungkin menerima
aturan sosial yang sudah ada dan berkhotbah untuk menguatkan dan
membenarkan pandangan yang sudah ada. Ahli sosiologi bergaya
nabi menyerukan beberapa perubahan sosial yang lebih luas, sedangkan ahli
sosiologi yang bergaya pendeta menghimbau disiplin akademis, untuk mempelajari
realitas sosial secara objektif. Atas dasar itu, maka kita dapat menyatakan bahwa
Auguste Comte adalah nabi untuk jalur teori naturalistik dan Karl Marx adalah
nabi untuk teori jalur humanistik pada periode teori sosiologi klasik.
Teori sosiologi naturalis atau
positivis berkeyakinan bahwa fenomena sosial itu memiliki pola dan tunduk hukum-hukum determistis
seperti layaknya hukum-hukum yang mengatur ilmu alam. Oleh Karena itu, teori sosislogi
sejatinya diletakkan untuk melakukan pencarian terhadap hukum-hukum yang
mengitari fenomena sosial sama dengan hukum gravitasi dari hukum kepadatan
materi dalam ilmu fisika, Secara sederhana, kita bisa mengatakan bahwa teori naturalistik
menganjurkan agar sosiologi mempercantik diri di dalam citra ilmu alam.
Berdasarkan asumsi yang dibangun teori naturalis tersebut, maka kita bisa mengatakan Auguste
Comte dan Emile Durkhiem masuk dalam kategori teori ini. Sementara Poloma menjadikan Amitai Etzioni sebagai nabi dalam
teori naturalistik pada periode teori sosiologi
modern/kontemporer. Sedangkan pendetanya adalah Robert King Merton, George C.
Homans, Peter M Blau, Lewis Coser, Ralf Dahrendorf, Gerhard Lenksi, dan Talcott
Parsons. Teori naturalistic menaungi beberapa teori yaitu teori struktural
fungsional dari Robert King Merton, teori pertukaran perilaku dari George C.
Homans, teori pertukaran dari Petter M Blau, teori strukturalisme konflik dari
Lewis Coser, teori strukturalisme konflik dari Ralf Dahrendorf, teori struktur dan
konflik dari Gerhard Lenksi, dan teori sistem dari Talcott Parsons.
Teori sosiologi humanitas atau interpretatif memiliki
asumsi dasar tentang manusia dan masyarakat bahwa manusia paling tidak bisa sampai
pada derajat tertentu dan bebas membentuk dunia kehidupan pribadi mereka, kalau
bukan malahan dunia sosial yang lebih luas di mana mereka merupakan bagiannya.
Sosiologi interpretatif cenderung memberikan tekanan bahwa orang bebas dan
lebih kreatif daripada yang diberikan oleh penganut teori naturalis. Poloma menjadikan
Wright Mills, Daniel Bell, dan Alvin Gouldner sebagai nabi dalam teori
humanistik pada periode teori sosiologi modern/kontemporer. Sedangkan
pendetanya adalah Erving Goffman, Herbert Blumer, Harold Garfingkel, dan Peter
L Berger. Teori humanistik menaungi beberapa varian teori yaitu teori
dramaturgi dari Erving Goffman, teori interaksi simbolik dari Herbert Blumer,
teori etnometodologi dari Harold Garfingkel, dan teori konstruksi sosial dari
Peter L. Berger.
Poloma menawarkan sebuah pendekatan teori terbaru
yaitu teori sosiologi evaluatif. Teori sosiologi evaluatif dalam kerangka
berpikir Poloma adalah sebuah sintesis evaluatif dari teori yang bersifat naturalis
dan teori yang bersifat humanistis. Teori evaluatif menaungi beberapa teori
yaitu teori sosiologi imajinatif dari C. Wright Mills tentang perpaduan
strukturalisme dan psikologi sosial, teori sosiologi masyarakat aktif dari
Amitai Etzioni yang merupakan perpaduan natulis dan humanis, teori sosiologi
reflektif dari Alvin Gouldner, dan teori masyarakat post-industri dari Daniel
Bell.
Ahli lain yang melakukan pemetaan teori sosiologi
adalah Jonathan Turner dalam bukunya berjudul The Structure of Sociological
Theory. Turner memetakan teori sosiologi ke dalam 7 (tujuh) perspektif. Adapun
ketujuh perspektif teori yang dimaksud Turner yaitu perspektif fungsionalis,
konflik, interaksionis simbolik, exchange (pertukaran), strukturalis, teori
kritis, dan perspektif evolusi/bio evolusi.
Pertama, perspektif teori fungsional memandang
masyarakat adalah sebuah organisme sosial yang mempunyai fungsi-fungsi yang tidak
terpisah satu sama lain. Masyarakat seperti sebuah organisme biologis.
Masyarakat dipandang sebagai entitas dimana bagian-bagian sistem ini
(subsistem) ada untuk memenuhi kebutuhan dasar sistem keseluruhan (Durkheim).
Masyarakat ada sesuai kondisi eksistensi yang ada (Radcliffe Brown). Tiga
sistem dalam masyarakat yaitu biologi, struktur sosial dan simbolik
(Malinowski), Teori tindakan sosial (Max Weber) dan masyarakat sebagai sistem social
(Talcott Parson),
Kedua, perspektif konflik lahir karena fungsionalis
sudah tidak mampu lagi menjawab tantangan pada masa itu. Asumsi utamanya adalah
bahwa setiap subsistem dalam struktur sosial memberikan sumbangsih untuk
terjadinya disintegrasi atau konflik. Intisari dari Pemikiran teoretis yang
bernaung di bawah perspektif konflik akan dijelaskan secara singkat. Sejarah
masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas (Marx). Perbedaan
distribusi otoritas atau kekuasaan selalu menjadi faktor yang menentukan
konflik social Sistematis (Dahrendorf). Ketegangan dan konflik adalah sesuatu
yang “abnormal” bahwa keduanya merusak persatuan kelompok, merupakan perspektif
yang bias karena tidak didukungoleh kenyataan, Konflik dan Persatuan merupakan
bentuk interaksi yang saling tergantung (George Simmel).
Ketiga. perspektif interaksionis simbolik dibangun
bertolak belakang dengan teori recuksionisme, behaviorisme psikologis dan determinisme
struktural. Fokus utamanya adalah kapasitas mental aktor dan hubungannya dengan
tindakan dan interaksi. Aktor dipaksa oleh keadaan psikologis internal atau
oleh kekuatan struktural berskala luas. Intisari pemikiran teoretis yang
bernaung di bawah perspekeifakan dijelaskan secara singkat. Subject matter
sosiologi adalah interaksi para aktor yang terorganisir dan terpola di dalam
berbagai situasi-situasi sosial. Realitas sosial merupakan proses. Manusia
maupun aturan social berada dalam proses akan jadi (George H. Mead). Interaksi
manusia bukan disebabkan oleh “kekuatan luar"(struktur) dan bukan pula “kekuatan
dalam’ (psikologis) melainkan ditentukan oleh pemaknaan atas simbol-simbol
(Herbert Blumer). Tindakan-tindakan. Atau penampilan rutin para aktor yaitu
partisipan (performance) dan orang lain yang terlibat (pengamat) dalam suatu
interaksi sosial sebagai suatu pola tindakan yang berulang pada suatu
kesempatan lain (Ervin Goffman).
Keempat, perspektif exchange memandang bahwa interaksi
social itu mirip dengan pertukaran ekonomi, namun tidak selalu diukur dengan
nilai uang. Intisari pemikiran teoretis yang bernaung di bawah perspektifini
akan dijelaskan secara singkat, Orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai
imbalannya berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. Orang terlibat
dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman (George C. Homans).
Pertukaran merupakan dasar dari sebagian besar hubungan-hubungan social, namun
terdapat perbedaan yang mendasar di antara pertukaran seperti yang terdapat
dalam hubungan individu dan hubungan pada organisasi yang kompleks (Peter M.
Blau).
Kelima, perspektif strukturalis memusatkan perhatian
pada struktur, tetapi tidak sepenuhnya sama dengan struktur pada sasaran
teoretis fungsionalisme struktural, melainkan memusatkan perhatian pada strukcur
linguistic (bahasa). Intisari pemikiran teoretis yang bernaung di bawah
perspektif ini akan dijelaskan secara singkat. Fenomena social (pertukaran
kata-kata) sebagai sistem komunikasi dapat dikaji dengan penggunaan antropologi
struktur (Levi Strauss). Struktur bukanlah sebuah realitas yang terlihat secara
langsung dan dapat diamati secara langsung, tetapi tingkat realitas yang ada di
luar hubungan yang tampak antara manusia dan merupakan logika yang mendasari
sistem Marxisme harus memusatkan perhatian pada strukeur atau sistem yang
terbentuk dari hubungan sosial yang saling memengaruhi (Marx). Asal-usul struktur
karena adanya keinginan untuk memperoleh ganjaran social merupakan sesuatu yang
bersifat given (Blau).
Keenam, perspektif teori kritis dikemukakan oleh
sekelompok Ilmuwan dari Frankruf School, Disebut teori kritis karena dalam
karya-karya yang dihasilkannya mengkritik berbagai hal dalam masyarakat. Aliran
teori kritis sangat kritis terhadap industri pendidikan yang mengacu pada
entitas yang berhubungan dengan produksi ilmu pengetahuan (universitas dan
lembaga penelitian) yang menjadi struktur otonom dalam masyarakat.
Berikut ini berbagai hal yang dikritik di dalam
masyarakat yaitu:
1.
Kritik
terhadap ilmu sosial yang dianggapnya tidak bisa bersifat objektif, para
ilmuwan sosial tidak boleh mengabaikan nilai-nilai di dalam karyanya, dan
secara khusus ia mengkritik sosiologi karena terlalu sibuk menemukan
metode-metode ilmiah, tetapi kurang memerhatikan nasib banyak orang di dalam
masyarakat.
2.
Kritik
terhadap masyarakat modern yaitu, terlalu rasional, perkembangan kebudayaan
yang menindas, perkembangan teknologi mengontrol individu dari luar dan lain.
Ketujuh, perspektif evolusionis/bioekologi, pemikiran
pertama tentang evolusi dalam biologi dikemukakan oleh George Leclerck Buffon.
Menurut Buffon binatang mempunyai kecenderungan untuk melepaskan diri dari tipe
aslinya sesuai dengan perjalanan waktu. Binatang punya kecenderung melakukan
perkawinan silang secara intensif selama bertahun-tahun. Hewan berubah sesuai
dengan tuntutan alam sekitarnya. Teori tentang karakteristik yang didapat
sesuai tuntutan alam, yakni kemampuan organisme untuk menyesuaikan diri semasa
hidup yang dapat diturunkan kepada generasi berikutnya.
Pendapat Lamarch ditolak George Cuvier. Menurutnya Tuhan
adalah penyebab perubahan dan kepunahan binatang dari makhluk-makhluk lainnya.
Teori ini dikenal dengan teori catastrophis (kehancuran). Tuhan menghancurkan
burni dan menciptakan kembali beberapa kali. Setiap kali bumi dihancurkan maka
makhluk hidup juga berganti dan menyesuaikan diri dengan alam barunya, mungkin
berbeda henek moyangnya. Perspektif teori evolusi secara biologi ini banyak diadopsi
oleh ilmuan sosial dalam melihat perkembangan masyarakat. Ilmuan sosial yang
masuk dalam perspektif ini menganggap bahwa perubahan sosial berjalan secara
perlahan-lahan.
Skidmore membagi teori dalam sosiologi berdasarkan
tipe dan terdapat tiga tipe teori yaitu: teori deduktif (deductive theory),
teori berpola (pattern theory), dan perspektif (perspective). Teori deduktif
merupakan teori yang dibuktikan kebenarannya berdasarkan deduksi atau penjabaran,
bukan berdasar pengalaman. Pengakuan adanya aksioma (dalil yang tidak perlu
dibuktikan) sudah terkandung dalam metode deduktif. Aksioma tersebut merupakan
dasar kuat untuk menyusun teori deduktif. Orang dapat mengusahakan jumlah
aksioma terbatas; atau mengusahakan agar pilihan yang dilakukan sedemikian rupa
schingga teori tersebut secara keseluruhan merupakan struktur yang mudah
dipahami secara umum; atau orang berusaha agar bukti-bukti yang utama dapat
ditemukan.
Berbeda dengan teori sebelumnya, teori berpola
(patrern theory) tidak menekankan pada pemikiran teori deduktif, dimana dimensi
" vertikal tidak menjadi penting, melainkan logikanya didasarkan atas “lateral”.
Penekanan atas logika tersebut, mendorong teori ini lebih bertujuan
menghubungkan pemikiran secara teori dengan realitas yang ada. Teori ini lebih
berdasarkan atas fakta sosial atau empirisme dalam membangun teorinya. Sebagai
contoh aplikasi praktis, missal suatu sistem yang berisikan ide-ide untuk
melihat hubungan di antara term secara teori dan realitas. Pada teori pola,
kecenderungan menjadi sistem tertutup karena konsepnya mendapat makna dari pola
itu sendiri.
Adapun tipe teori yang terakhir menurut Skidmore
adalah perspektif. Meski penjelasan Skidmore tidak terlalu jelas, akan tetapi
yang menarik untuk dikemukakan dalam tipe ini adalah bahwa perspektif
sesungguhnya terpisah dari teori berpola (pattren theory) dan teori deduktif
(deductive theory), yang mana bukan dari jenis subjeknya, melainkan lebih dari
derajat subjek. Selanjutnya menurut Skidmore bahwa perspektif tidak lain
merupakan kumpulan ide-ide yang penting sebagai pembentuk teori. Perspektif
berbeda dengan tcori pola dan deduktif, ia merupakan kumpulan ide-ide penting
sebagai sumber untuk melakukan sintesis. Kadang tidak dipertimbangkan sebagai
teori, tetapi tepat digunakan untuk menjelaskan kejadian sosial.
Martin Slattery membagi sosiologi ke dalam tiga
periode teori sosiologi yakni Klasik, modern dan post modern.
KLASIK |
MODERN |
POST MODERN |
|
Auguste
Comte Pitirim
Sosokin William
F Ogburn Emile
Durkheim Karl
Marx Robert
Michels Max
Weber Georg
Simmel Herbert
Spencer |
Conflict Critical Dependency Deskilling Ethnometodology Falsification
and Conjucture Gender Hegemony Human
Relation Ideology Labeling
Theory Linguistic
Code Modernisation |
Paradigms Phenomenology Power
Elite Scientific
Management Sucularisation Stigma Structural
Functionalism Symbolic
Interactionism Urbanism |
Cultural
Studies Discourse Globalisation Informational
Society Legitimation
Crisis Post-Fordism Post-Industrial
Society Post-Modernisme Relative
Autonomy Risk
Society Simulation Structural
Marxism Structuration |
3.
CIRI – CIRI SOSIOLOGI
Sebagai
ilmu pengetahuan, sosiologi memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1.
Empiris
Sosiologi didasarkan pada hasil observasi atau
pengamatan terhadap kenyataan dan akal sehat sehingga hasilnya tidak bersifat
spekulatif atau menduga – duga.
2.
Teoritis
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang
selalu berusaha untuk menyususin abstraksi dan hasil – hasil observasi atau
pengamatan. Abstraksi tersebut merupakan kesimpulan logis yang bertujuan
menjelaskan hubungan sebab akibat, sehingga menjadi sebuah teori.
3.
Kumulatif
Sosiologi disusun berdasarkan teori – teori
yang sudah ada. Teori – teori tersebut lantas diperbaiki, diperluas, serta
diperdalam.
4.
Non etis
Sosiologi mengkaji fakta sosial secara apa
adanya. Yakni sosiologi tidak mempermasalahkan baik ataupun buruknya fakta,
akan tetapi menjelaskan fakta secara analisis atau penyelidikan melalui suatu
peristiwa.
Sosiologi memusatkan
perhatiannya pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum dan berusaha untuk
mendapatkan pola-pola umum daripadanya. Misalnya daya-daya untuk mendapatkan kekuasaan
digambarkan oleh sosiologi sebagai salah satu bentuk persaingan (competition)
atau bahkan pertikaian (conflict). Demikian juga dengan cabang ilmu
sosial lainnya, Sosiologi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sosiologi termasuk
kelompok ilmu social
Maksudnya adalah sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala social (kemasyarakatan), dan bukan
mempelajari gejala-gejala alam. Sosiologi merupakan ilmu sosial sepenuhnya.
b. Sosiologi bersifat kategoris
Sosiologi bukan
merupakan disiplin yang normatif akan tetapi adalah sesuatu disiplin kategoris,
artinya sosiologi membicarakan obyeknya secara apa adanya, dan bukan bagaimana
seharusnya. Misalnya sosiologi mengatakan bahwa struktur masyarakat suatu
daerah berbentuk demikian (apa adanya), dan tidak mengatakan bahwa struktur
masyarakat di daerah tersebut seharusnya begini atau begitu. Hal ini bukan
berarti pandangan-pandangan sosiologi tidak akan berguna bagi kebijaksanaan kemasyarakatan
dan politik, akan tetapi pandangan-pandangan sosiologis tak dapat menilai apa
yang buruk dan apa yang baik segala sesuatu yang bersangkutan dengan nilai-nilai
kemanusiaan. Sosiologi dapat menetapkan bahwa masyarakat pada suatu waktu dan
tempat memiliki nilai yang tertentu, akan tetapi selanjutnya tidak dapat ditentukan
bagaimana nilai-nilai tersebut seharusnya.
c. Sosiologi termasuk ilmu
murni (pure science)
Sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu
pengetahuan terapan atau terpakai (applied science). Perlu dicatat bahwa
dari sudut ilmu penerapannya ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bagian ilmu
tersebut. Ilmu pengetahuan murni adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan
membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak hanya untuk
mempertinggi mutunya, tanpa menggunakannya dalam masyarakat. Sedangkan ilmu
pengetahuan terapan bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan
tersebut dalam masyarakat dengan maksud membantu kehidupan masyarakat.
d. Sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang
konkrit.
Artinya, bahwa yang
diperhatikannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat tetapi
bukan wujudnya yang konkrit.
e. Sosiologi bertujuan
untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Sosiologi meneliti
dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi antar
manusia dan juga perihal sifat hakiki, bentuk, isi, dan struktur masyarakat
manusia.
f. Sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.
Ciri tersebut menyangkut soal metode yang dipergunakannya
g. Sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus.
Artinya, sosiologi
mempelajari gejala yang umum ada pada setiap interaksi antar manusia.
4.
RUANG LINGKUP SOSIOLOGI
Unsur pokok dari kajian sosiologi adalah masyarakat. Namun, masyarakat
sendiri adalah sekumpulan dari individu-individu yang memiliki karakteristik
tertentu. Istilah individu berasal dari bahasa Latin individuum yang
mempunyai arti yang terbagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas.
Dari kata ini kemudian individu didefinisikan sebagai “orang, seorang atau
manusia perseorangan”. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan
yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu
sebagai manusia perseorangan. Walaupun individu bersifat tunggal tetapi
individu dibangun oleh tiga aspek, yaitu aspek organis jasmaniah, psikis
rohaniah, dan sosial.
Individu berstatus sebagai anggota
masyarakat, karena masyarakat merupakan bentukan dari kumpulan sejumlah
individu yang mengadakan hubungan sosial. Antara individu yang satu dengan
individu lainnya terdapat perbedaan, tetapi lebih merupakan perbedaan watak dan
karakter, yang merupakan kodrat manusia yang dibawa sejak lahir dan berkembang
setelah terjadi pergaulan di antara mereka. Tetapi yang jelas bahwa individu
sebagai makhluk sosial tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sosialnya,
sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles bahwa man is by nature a political
animal (manusia pada kodratnya adalah makhluk yang selalu berkumpul).
Ralph Linton mengartikan masyarakat sebagai “setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka dapat
mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu”. Di lain pihak JL Gillin dan JP Gillin
mengartikan masyarakat sebagai “kelompok manusia terbesar yang mempunyai
kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama” . Namun, dari
berbagai penjabaran pada dasarnya masyarakat memiliki empat karakteristik ,
yaitu 1) terdiri dari beberapa individu, 2) saling berinteraksi, 3) dalam
jangka waktu yang relatif lama, dan 4) menimbulkan perasaan kebersamaan.
Individu berdasarkan aspek sosialnya akan
selalu berusaha membangun hubungan dengan individu lainnya, artinya terdapat
sejumlah alasan tertentu mengapa sekumpulan individu membentuk masyarakat.
Terdapat sejumlah faktor yang mendorong sekumpulan individu untuk membentuk
masyarakat, yaitu adanya 1) dorongan seksual (reproduksi) untuk mengembangkan
keturunannya, 2) kesadaran bahwa individu itu lemah sehingga dia akan selalu
mencari kekuatan bersama, 3) perasaan diuntungkan ketika bergabung dengan
individu lainnya, dan 4) kesamaan keturunan, kebudayaan, teritorial, nasib, dan
kesamaan-kesamaan lainnya.
Individu ini tidak bisa berkembang hanya dengan mengandalkan
keindividuannya, melainkan harus melalui pergaulan dengan individu-individu
yang lain (anggota masyarakatnya). Di dalam kehidupan bermasyarakat maka
individu harus belajar memakai bahasa, norma-norma dan nilai-nilai yang
terdapat di dalam masyarakatnya tersebut. Artinya, individu tetap ada di bawah
kendali masyarakatnya. Namun demikian, walaupun individu berada di bawah
kendali masyarakatnya, adalah salah apabila kita berpikir bahwa individu
semata-mata hanya akan mengikuti masyarakatnya. Bagaimana pun individu tetap
mempunyai kekuatan tertentu yang digunakan sebagai senjata untuk melawan
pengaruhpengaruh dari masyarakatnya.
Sehubungan dengan kajian tentang hubungan individu dan masyarakat,
terdapat tiga kelompok besar pemikir yang mempunyai perbedaan penekanan dalam
pokok pikirannya, yaitu
a.
Spencer, Pareto, dan Ward yang berpendapat bahwa individu mempunyai
kedudukan yang lebih dominan daripada masyarakat.
b.
Comte dan Durkheim yang berpendapat bahwa masyarakat mempunyai
kedudukan yang lebih dominan daripada individu.
c. Sumner dan Weber yang berpendapat
bahwa terdapat saling ketergantungan antara individu dan masyarakat.
Ruang lingkup sosiologi yaitu sciences (ilmu
pengetahuan) adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis
dengan menggunakan kekuatan pemikiran yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah
(dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya
(objektif). Menurut lingkupannya, science dapat dibagi:
1)
Natural
Sciences, ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala alam baik yang
hayati atau hidup (biologi) maupun yang tidak hayati (fisika);
2)
Humanities
atau Humaniora, ilmu pengetahuan kerohaniaan yang mempelajari
manifestasi-manifestasi sprituil dari kehidupan bersama manusia; dan
3)
Social
Sciences, ilmu pengetahuan kemasyarakatan adalah kelompok ilmu pengetahuan yang
mempelajari kehidupan bersama manusia dengan sesamanya yaitu kehidupan sosial.
Kehidupan bersama itu dapat dilihat dari berbagai segi
atau aspek kehidupan, misalnya segi kehidupan ekonomi dipelajari oleh ilmu
ekonomi, segi kehidupan politik dipelajari oleh ilmu politik, dan segi
kehidupan hukum dipelajari oleh ilmu hukum. Setiap segi dari kehidupan bersama
itu memiliki unsur-unsur sosial atau unsur-unsur kemasyarakatan. Unsur sosial
inilah yang menjadi lingkungan sosiologi, norma-norma atau kaidah-kaidah
sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial.
Kesemuanya ini berjalinan satu sama lainnya dan keseluruhan dari unsur-unsur sosial
ini dalam hubungannya satu sama lain disebut struktural sosial.
Di samping mempelajari kehidupan bersama itu dalam
strukturnya, maka sosiologi juga mempelajari pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi
kehidupan hukum dengan segi kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik.
Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan dicakup dalam pengertian
proses-proses sosial.
D.
KESIMPULAN
1.
Sosiologi berasal dari bahasa latin Socius dan
Logos. Socius berarti teman, atau sahabat. Sedangkan Logos berarti ilmu
pengetahuan. Jadi sosiologi berarti ilmu pengetahuan tentang bagaimana
berteman, berkawan, bersahabat atau suatu ilmu yang membicarakan tentang
bagaimana bergaul dengan masyarakat, dengan kata lain sosiologi mempelajari
tentang masyarakat, atau ilmu pengetahuan tentang hidup masyarakat.
2. Ritzer
memetakan teori
sosiologi berdasarkan paradigma yang dianut masing-masing teori. Ritzer
membagi tiga paradigma teoretis sosiologi yaitu paradigma fakta sosial,
definisi sosial, dan perilaku sosial.
3.
Sebagai ilmu
pengetahuan, sosiologi memiliki ciri – ciri empiris, teoritis, kumulatif dan non etis.
4.
Ruang
lingkup sosiologi yaitu sciences (ilmu pengetahuan). Oleh karena
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat, maka segala hal yang
berhubungan dengan masyarakat adalah termasuk dalam ruang lingkup sosiologi.
E.
SUMBER BACAAN
1.
Dr. Tjipto
Subadi, M.Si, Sosiologi.
2.
Muhammad
Syukur, Dasar-Dasar Teori Sosiologi, Rajawali Pers, 2018.
3. Muhammad Rusydi Rasyid, Pendidikan Dalam
Perspektif Teori Sosiologi, AULADUNA, VOL.
2 NO. 2 DESEMBER 2015: 274-286, http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/view/882/852
1. Sosiologi
Industri, http://digilib.uinsby.ac.id/7325/3/Sosiologi.pdf
Komentar