SOSIOLOGI

 A.    PENDAHULUAN

Di dalam masyarakat senantiasa ditemukan adanya satuan-satuan sosial. Setiap satuan sosial memiliki bentuk dan sifatnya masing-masing. Salah satu satuan sosial tersebut adalah berupa kelompok primer atau kelompok utama, yang umumnya dikenal dengan keluarga. Keluarga disebut kelompok utama karena mereka adalah satuan sosial paling kecil yang membentuk satuan sosial yang lebih besar, satuan mereka ini merupakan wujud dari sebuah masyarakat.

Sosiologi adalah ilmu yang terbilang cukup baru dibanding ilmu lainnya dalam ilmu-ilmu sosial. Diperkenalkan pertama kali oleh Auguste Comte yang membuat namanya dikenal sebagai ‘Bapak Sosiologi’ dan dibakukan menjadi disiplin ilmu pengetahuan berkat jasa besar Emile Durkheim. Hingga kini sosiologi menjadi ilmu yang sangat populer seiring dengan makin rumitnya problematika yang muncul dalam masyarakat di abad 21 ini.

Mempelajari sosiologi tidak terlepas dari berbagai teori yang menjadi landasan utama untuk menganalisis perubahan masyarakat dan berbagai gejala sosial yang muncul akibat perubahan tersebut. Pada mata kuliah ini akan dibahas secara detail dimulai dari sejarah lahirnya teori sosiologi, hingga berbagai pemikiran para tokoh yang memiliki sumbangsih besar terhadap perkembangan sosiologi yang dikenal sebagai peletak dasar ilmu sosiologi diantaranya Auguste Comte, Karl Marx, Emile Durkheim dan Max Weber.

C.    PEMBAHASAN

1.   PENGERTIAN SOSIOLOGI

Sosiologi adalah ilmu yang berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat. Sosiologi sebagai suatu disiplin ilmu memiliki beberapa term. Secara harfiyah atau etimologi, sosiologi berasal dari bahasa latin Socius dan Logos. Socius berarti teman, atau sahabat. Sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi berarti ilmu pengetahuan tentang bagaimana berteman, berkawan, bersahabat atau suatu ilmu yang membicarakan tentang bagaimana bergaul dengan masyarakat, dengan kata lain sosiologi mempelajari tentang masyarakat, atau ilmu pengetahuan tentang hidup masyarakat.

Sedangkan secara terminologi, beberapa ahli memberi batasan pengertian sebagai berikut:

a.   Alvin Bertrand

     Sosiologi adalah studi tentang hubungan antara manusia (human relationship)

b.   Mayor Polak

     Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis.

c.   Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi

     Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial.

d.   P.J. Bouwman

     Sosiologi adalah ilmu masyarakat umum

e.   Pitirim Sorokin

     Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya

f.    Roucek dan Warren

     Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok

g.   William F. Ogburn dan Meyer F.Nimkoff

     Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.

h.   Auguste Comte

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan pula hasil terakhir perkembangan ilmu pengetahuan, didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, dibentuk berdasarkan observasi dan tidak pada spekulasi-spekulasi perihal keadaan masyarakat serta hasilnya harus disusun secara sistematis.

i.    Emile Durkheim

Sosiologi adalah ilmu tentang lembaga-lembaga sosial, yakni pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan yang sudah “tertera” yang sedikit banyak menundukkan para warga masyarakat.

j.    J.A.A. Van Doorn dan C.J. Lammers

Sosiologi ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

k.   Soerjono Soekanto

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk di dalamnya perubahan-perubahan sosial.

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Sosiologi adalah cabang dari imu pengetahuan sosial yang mempelajari;

1.     manusia yang hidup dalam kelompok yang disebut masyarakat,

2.     pola-pola hubungan antara manusia baik secara individu maupun secara kelompok,

3.     hubungan manusia dengan lembaga-lembaga sosial, seperti norma-norma dan kaidah-kaidah sosial,

4.     pola-pola kehidupan manusia kaitannya dengan kondisi lingkungannya.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia baik secara individu maupun secara kelompok dan akibat dari hubungan tersebut diantaranya adalah berupa nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan yang dianut oleh manusia di dalam kelompok tersebut.

Sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur ilmu pengetahuan. Disebut ilmu pengetahuan karena pengetahuan yang diperoleh dengan penelitian yang mendalam, menggunakan metode-metode ilmiah. Sedangkan metode ilmiah ialah segala cara yang dipergunakan oleh sesuatu ilmu untuk sampai kepada pembentukan ilmu menjadi suatu kesatuan yang sistematis, organis, dan logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Agar suatu pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan harus memenuhi syarat antara lain:

1.     Jelas obyek yang dibahas sehingga berbeda dengan ilmu lain

2.     Mempergunakan metode-metode ilmiah

3.     Tersusun secara sistematis

Sosiologi dapat memenuhi syarat disebut sebagai ilmu karena:

1.     Memiliki obyek yang jelas, yakni masyarakat struktur, unsur, proses dan perubahan sosial

2.     Mempergunakan metode-metode ilmiah

3.     Merupakan hasil penelitian/penelaahan sosiologi yang tersusun menjadi satu kesatuan yang bulat, sistematis, logis, saling berhubungan, sehingga membedakannya dengan ilmu-ilmu lainnya

 

2.   TEORI – TEORI SOSIOLOGI

Ritzer memetakan teori sosiologi berdasarkan paradigma yang dianut masing-masing teori. Menurut Ritzer paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (discipline). Ritzer membagi tiga paradigma teoretis sosiologi yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial.

Paradigma fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Fakta sosial adalah sesuatu yang riil, dia memiliki realitas tersendiri. Dia adalah barang sesuatu yang berada di luar individu, namun memiliki kekuatam memaksa terhadap individu. Fakta sosial terdiri dari struktur sosial dan pranata sosial. Paradigma ini diwakili oleh Durkheim dalam sosiologi klasik dan strukrural fungsional, teori konflik, teori sistem, dan teori sosiologi makro dalam teori sosiologi modern.

Paradigma definisi sosial menekankan hakikat kenyataan sosial yang bersifat subjektif lebih daripada eksistensinya yang terlepas dari individu. Paradigma definisi sosial mengartikan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial. Paradigma ini sangat menekankan arti subjektif tindakan manusia. Paradigma ini dimotori oleh Max Weber dalam periode klasik sedangkan dalam periode teori modern diwakili oleh teori tindakan, dramaturgi, interaksionis simbolik, fenomenologi, etnometodologi, dan teori aksi.

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Menurut paradigma ini pokok persoalan dalam sosiologi adalah tingkah laku individu. Lebih lanjut paradigma ini menekankan pendekatan objektif empiris terhadap kenyataan sosial. Menurut paradigma ini, data empiris mengenai perilaku-perilaku individu yang nyata. Paradigma ini dimotori oleh B.F Skinner yang mencoba menerapkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi. Menurut Skinner, objek studi sosiologi yang konkret realistis adalah perilaku manusia yang tampak dan kemungkinan perulangannya (behavior of man and contigences of reinforcement).

Margaret Poloma memetakan teori sosiologi ke dalam tiga kelompok yaitu teori sosiologi naturalistik atau positivistik, teori sosiologi humanistik atau interpretative dan teori sosiologi evaluatif atau terapan. Poloma yang memetakan teori sosiologi ke dalam dua kelompok dengan mengangkat kenabian dan pendeta untuk ketiga varian teori tersebut. Poloma menggunakan analogi keagamaan dalam membahas gambaran diri seorang sosiolog sebagai “nabi" dan “pendeta”. Nabi bagi suatu agama adalah seorang pengkritik dunia sosialnya dengan mendengung-dengungkan kebutuhan perubahan untuk mencegah malapetaka di masa yang datang. Sebagaimana halnya yang sering berselisih paham dengan masyarakat yang ada di sekitarnya, para nabi dalam sosiologi pun juga sering berselisih paham dengan masyarakat dan ilmuwan yang ada dalam disiplin ilmunya.

Upaya untuk menancapkan sosiologi sebagai disiplin yang berwibawa, maka lahir pulalah lembaga-lembaga kependetaan. Para ahli sosiologi yang memiliki sifat kependetaan ini, seperti halnya pendeta keagamaan, lebih mungkin menerima aturan sosial yang sudah ada dan berkhotbah untuk menguatkan dan membenarkan pandangan yang sudah ada. Ahli sosiologi bergaya nabi menyerukan beberapa perubahan sosial yang lebih luas, sedangkan ahli sosiologi yang bergaya pendeta menghimbau disiplin akademis, untuk mempelajari realitas sosial secara objektif. Atas dasar itu, maka kita dapat menyatakan bahwa Auguste Comte adalah nabi untuk jalur teori naturalistik dan Karl Marx adalah nabi untuk teori jalur humanistik pada periode teori sosiologi klasik.

Teori sosiologi naturalis atau positivis berkeyakinan bahwa fenomena sosial itu memiliki pola dan tunduk hukum-hukum determistis seperti layaknya hukum-hukum yang mengatur ilmu alam. Oleh Karena itu, teori sosislogi sejatinya diletakkan untuk melakukan pencarian terhadap hukum-hukum yang mengitari fenomena sosial sama dengan hukum gravitasi dari hukum kepadatan materi dalam ilmu fisika, Secara sederhana, kita bisa mengatakan bahwa teori naturalistik menganjurkan agar sosiologi mempercantik diri di dalam citra ilmu alam. Berdasarkan asumsi yang dibangun teori naturalis tersebut, maka kita bisa mengatakan Auguste Comte dan Emile Durkhiem masuk dalam kategori teori ini. Sementara Poloma menjadikan Amitai Etzioni sebagai nabi dalam teori naturalistik pada periode teori sosiologi modern/kontemporer. Sedangkan pendetanya adalah Robert King Merton, George C. Homans, Peter M Blau, Lewis Coser, Ralf Dahrendorf, Gerhard Lenksi, dan Talcott Parsons. Teori naturalistic menaungi beberapa teori yaitu teori struktural fungsional dari Robert King Merton, teori pertukaran perilaku dari George C. Homans, teori pertukaran dari Petter M Blau, teori strukturalisme konflik dari Lewis Coser, teori strukturalisme konflik dari Ralf Dahrendorf, teori struktur dan konflik dari Gerhard Lenksi, dan teori sistem dari Talcott Parsons.

Teori sosiologi humanitas atau interpretatif memiliki asumsi dasar tentang manusia dan masyarakat bahwa manusia paling tidak bisa sampai pada derajat tertentu dan bebas membentuk dunia kehidupan pribadi mereka, kalau bukan malahan dunia sosial yang lebih luas di mana mereka merupakan bagiannya. Sosiologi interpretatif cenderung memberikan tekanan bahwa orang bebas dan lebih kreatif daripada yang diberikan oleh penganut teori naturalis. Poloma menjadikan Wright Mills, Daniel Bell, dan Alvin Gouldner sebagai nabi dalam teori humanistik pada periode teori sosiologi modern/kontemporer. Sedangkan pendetanya adalah Erving Goffman, Herbert Blumer, Harold Garfingkel, dan Peter L Berger. Teori humanistik menaungi beberapa varian teori yaitu teori dramaturgi dari Erving Goffman, teori interaksi simbolik dari Herbert Blumer, teori etnometodologi dari Harold Garfingkel, dan teori konstruksi sosial dari Peter L. Berger.

Poloma menawarkan sebuah pendekatan teori terbaru yaitu teori sosiologi evaluatif. Teori sosiologi evaluatif dalam kerangka berpikir Poloma adalah sebuah sintesis evaluatif dari teori yang bersifat naturalis dan teori yang bersifat humanistis. Teori evaluatif menaungi beberapa teori yaitu teori sosiologi imajinatif dari C. Wright Mills tentang perpaduan strukturalisme dan psikologi sosial, teori sosiologi masyarakat aktif dari Amitai Etzioni yang merupakan perpaduan natulis dan humanis, teori sosiologi reflektif dari Alvin Gouldner, dan teori masyarakat post-industri dari Daniel Bell.

Ahli lain yang melakukan pemetaan teori sosiologi adalah Jonathan Turner dalam bukunya berjudul The Structure of Sociological Theory. Turner memetakan teori sosiologi ke dalam 7 (tujuh) perspektif. Adapun ketujuh perspektif teori yang dimaksud Turner yaitu perspektif fungsionalis, konflik, interaksionis simbolik, exchange (pertukaran), strukturalis, teori kritis, dan perspektif evolusi/bio evolusi.

Pertama, perspektif teori fungsional memandang masyarakat adalah sebuah organisme sosial yang mempunyai fungsi-fungsi yang tidak terpisah satu sama lain. Masyarakat seperti sebuah organisme biologis. Masyarakat dipandang sebagai entitas dimana bagian-bagian sistem ini (subsistem) ada untuk memenuhi kebutuhan dasar sistem keseluruhan (Durkheim). Masyarakat ada sesuai kondisi eksistensi yang ada (Radcliffe Brown). Tiga sistem dalam masyarakat yaitu biologi, struktur sosial dan simbolik (Malinowski), Teori tindakan sosial (Max Weber) dan masyarakat sebagai sistem social (Talcott Parson),

Kedua, perspektif konflik lahir karena fungsionalis sudah tidak mampu lagi menjawab tantangan pada masa itu. Asumsi utamanya adalah bahwa setiap subsistem dalam struktur sosial memberikan sumbangsih untuk terjadinya disintegrasi atau konflik. Intisari dari Pemikiran teoretis yang bernaung di bawah perspektif konflik akan dijelaskan secara singkat. Sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas (Marx). Perbedaan distribusi otoritas atau kekuasaan selalu menjadi faktor yang menentukan konflik social Sistematis (Dahrendorf). Ketegangan dan konflik adalah sesuatu yang “abnormal” bahwa keduanya merusak persatuan kelompok, merupakan perspektif yang bias karena tidak didukungoleh kenyataan, Konflik dan Persatuan merupakan bentuk interaksi yang saling tergantung (George Simmel).

Ketiga. perspektif interaksionis simbolik dibangun bertolak belakang dengan teori recuksionisme, behaviorisme psikologis dan determinisme struktural. Fokus utamanya adalah kapasitas mental aktor dan hubungannya dengan tindakan dan interaksi. Aktor dipaksa oleh keadaan psikologis internal atau oleh kekuatan struktural berskala luas. Intisari pemikiran teoretis yang bernaung di bawah perspekeifakan dijelaskan secara singkat. Subject matter sosiologi adalah interaksi para aktor yang terorganisir dan terpola di dalam berbagai situasi-situasi sosial. Realitas sosial merupakan proses. Manusia maupun aturan social berada dalam proses akan jadi (George H. Mead). Interaksi manusia bukan disebabkan oleh “kekuatan luar"(struktur) dan bukan pula “kekuatan dalam’ (psikologis) melainkan ditentukan oleh pemaknaan atas simbol-simbol (Herbert Blumer). Tindakan-tindakan. Atau penampilan rutin para aktor yaitu partisipan (performance) dan orang lain yang terlibat (pengamat) dalam suatu interaksi sosial sebagai suatu pola tindakan yang berulang pada suatu kesempatan lain (Ervin Goffman).

Keempat, perspektif exchange memandang bahwa interaksi social itu mirip dengan pertukaran ekonomi, namun tidak selalu diukur dengan nilai uang. Intisari pemikiran teoretis yang bernaung di bawah perspektifini akan dijelaskan secara singkat, Orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. Orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman (George C. Homans). Pertukaran merupakan dasar dari sebagian besar hubungan-hubungan social, namun terdapat perbedaan yang mendasar di antara pertukaran seperti yang terdapat dalam hubungan individu dan hubungan pada organisasi yang kompleks (Peter M. Blau).

Kelima, perspektif strukturalis memusatkan perhatian pada struktur, tetapi tidak sepenuhnya sama dengan struktur pada sasaran teoretis fungsionalisme struktural, melainkan memusatkan perhatian pada strukcur linguistic (bahasa). Intisari pemikiran teoretis yang bernaung di bawah perspektif ini akan dijelaskan secara singkat. Fenomena social (pertukaran kata-kata) sebagai sistem komunikasi dapat dikaji dengan penggunaan antropologi struktur (Levi Strauss). Struktur bukanlah sebuah realitas yang terlihat secara langsung dan dapat diamati secara langsung, tetapi tingkat realitas yang ada di luar hubungan yang tampak antara manusia dan merupakan logika yang mendasari sistem Marxisme harus memusatkan perhatian pada strukeur atau sistem yang terbentuk dari hubungan sosial yang saling memengaruhi (Marx). Asal-usul struktur karena adanya keinginan untuk memperoleh ganjaran social merupakan sesuatu yang bersifat given (Blau).

Keenam, perspektif teori kritis dikemukakan oleh sekelompok Ilmuwan dari Frankruf School, Disebut teori kritis karena dalam karya-karya yang dihasilkannya mengkritik berbagai hal dalam masyarakat. Aliran teori kritis sangat kritis terhadap industri pendidikan yang mengacu pada entitas yang berhubungan dengan produksi ilmu pengetahuan (universitas dan lembaga penelitian) yang menjadi struktur otonom dalam masyarakat.

Berikut ini berbagai hal yang dikritik di dalam masyarakat yaitu:

1.     Kritik terhadap ilmu sosial yang dianggapnya tidak bisa bersifat objektif, para ilmuwan sosial tidak boleh mengabaikan nilai-nilai di dalam karyanya, dan secara khusus ia mengkritik sosiologi karena terlalu sibuk menemukan metode-metode ilmiah, tetapi kurang memerhatikan nasib banyak orang di dalam masyarakat.

2.     Kritik terhadap masyarakat modern yaitu, terlalu rasional, perkembangan kebudayaan yang menindas, perkembangan teknologi mengontrol individu dari luar dan lain.

Ketujuh, perspektif evolusionis/bioekologi, pemikiran pertama tentang evolusi dalam biologi dikemukakan oleh George Leclerck Buffon. Menurut Buffon binatang mempunyai kecenderungan untuk melepaskan diri dari tipe aslinya sesuai dengan perjalanan waktu. Binatang punya kecenderung melakukan perkawinan silang secara intensif selama bertahun-tahun. Hewan berubah sesuai dengan tuntutan alam sekitarnya. Teori tentang karakteristik yang didapat sesuai tuntutan alam, yakni kemampuan organisme untuk menyesuaikan diri semasa hidup yang dapat diturunkan kepada generasi berikutnya.

Pendapat Lamarch ditolak George Cuvier. Menurutnya Tuhan adalah penyebab perubahan dan kepunahan binatang dari makhluk-makhluk lainnya. Teori ini dikenal dengan teori catastrophis (kehancuran). Tuhan menghancurkan burni dan menciptakan kembali beberapa kali. Setiap kali bumi dihancurkan maka makhluk hidup juga berganti dan menyesuaikan diri dengan alam barunya, mungkin berbeda henek moyangnya. Perspektif teori evolusi secara biologi ini banyak diadopsi oleh ilmuan sosial dalam melihat perkembangan masyarakat. Ilmuan sosial yang masuk dalam perspektif ini menganggap bahwa perubahan sosial berjalan secara perlahan-lahan.

Skidmore membagi teori dalam sosiologi berdasarkan tipe dan terdapat tiga tipe teori yaitu: teori deduktif (deductive theory), teori berpola (pattern theory), dan perspektif (perspective). Teori deduktif merupakan teori yang dibuktikan kebenarannya berdasarkan deduksi atau penjabaran, bukan berdasar pengalaman. Pengakuan adanya aksioma (dalil yang tidak perlu dibuktikan) sudah terkandung dalam metode deduktif. Aksioma tersebut merupakan dasar kuat untuk menyusun teori deduktif. Orang dapat mengusahakan jumlah aksioma terbatas; atau mengusahakan agar pilihan yang dilakukan sedemikian rupa schingga teori tersebut secara keseluruhan merupakan struktur yang mudah dipahami secara umum; atau orang berusaha agar bukti-bukti yang utama dapat ditemukan.

Berbeda dengan teori sebelumnya, teori berpola (patrern theory) tidak menekankan pada pemikiran teori deduktif, dimana dimensi " vertikal tidak menjadi penting, melainkan logikanya didasarkan atas “lateral”. Penekanan atas logika tersebut, mendorong teori ini lebih bertujuan menghubungkan pemikiran secara teori dengan realitas yang ada. Teori ini lebih berdasarkan atas fakta sosial atau empirisme dalam membangun teorinya. Sebagai contoh aplikasi praktis, missal suatu sistem yang berisikan ide-ide untuk melihat hubungan di antara term secara teori dan realitas. Pada teori pola, kecenderungan menjadi sistem tertutup karena konsepnya mendapat makna dari pola itu sendiri.

Adapun tipe teori yang terakhir menurut Skidmore adalah perspektif. Meski penjelasan Skidmore tidak terlalu jelas, akan tetapi yang menarik untuk dikemukakan dalam tipe ini adalah bahwa perspektif sesungguhnya terpisah dari teori berpola (pattren theory) dan teori deduktif (deductive theory), yang mana bukan dari jenis subjeknya, melainkan lebih dari derajat subjek. Selanjutnya menurut Skidmore bahwa perspektif tidak lain merupakan kumpulan ide-ide yang penting sebagai pembentuk teori. Perspektif berbeda dengan tcori pola dan deduktif, ia merupakan kumpulan ide-ide penting sebagai sumber untuk melakukan sintesis. Kadang tidak dipertimbangkan sebagai teori, tetapi tepat digunakan untuk menjelaskan kejadian sosial.

Martin Slattery membagi sosiologi ke dalam tiga periode teori sosiologi yakni Klasik, modern dan post modern.

KLASIK

MODERN

POST MODERN

Auguste Comte

Pitirim Sosokin

William F Ogburn

Emile Durkheim

Karl Marx

Robert Michels

Max Weber

Georg Simmel

Herbert Spencer

Conflict

Critical

Dependency

Deskilling

Ethnometodology

Falsification and Conjucture

Gender

Hegemony

Human Relation

Ideology

Labeling Theory

Linguistic Code

Modernisation

Paradigms

Phenomenology

Power Elite

Scientific Management

Sucularisation

Stigma

Structural Functionalism

Symbolic Interactionism

Urbanism

Cultural Studies

Discourse

Globalisation

Informational Society

Legitimation Crisis

Post-Fordism

Post-Industrial Society

Post-Modernisme

Relative Autonomy

Risk Society

Simulation

Structural Marxism

Structuration

 

3.   CIRI – CIRI SOSIOLOGI

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

1.     Empiris

Sosiologi didasarkan pada hasil observasi atau pengamatan terhadap kenyataan dan akal sehat sehingga hasilnya tidak bersifat spekulatif atau menduga – duga.

2.     Teoritis

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang selalu berusaha untuk menyususin abstraksi dan hasil – hasil observasi atau pengamatan. Abstraksi tersebut merupakan kesimpulan logis yang bertujuan menjelaskan hubungan sebab akibat, sehingga menjadi sebuah teori.

3.     Kumulatif

Sosiologi disusun berdasarkan teori – teori yang sudah ada. Teori – teori tersebut lantas diperbaiki, diperluas, serta diperdalam.

4.     Non etis

Sosiologi mengkaji fakta sosial secara apa adanya. Yakni sosiologi tidak mempermasalahkan baik ataupun buruknya fakta, akan tetapi menjelaskan fakta secara analisis atau penyelidikan melalui suatu peristiwa.

Sosiologi memusatkan perhatiannya pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum daripadanya. Misalnya daya-daya untuk mendapatkan kekuasaan digambarkan oleh sosiologi sebagai salah satu bentuk persaingan (competition) atau bahkan pertikaian (conflict). Demikian juga dengan cabang ilmu sosial lainnya, Sosiologi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.     Sosiologi termasuk kelompok ilmu social

Maksudnya adalah sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala social (kemasyarakatan), dan bukan mempelajari gejala-gejala alam. Sosiologi merupakan ilmu sosial sepenuhnya.

b.     Sosiologi bersifat kategoris

Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif akan tetapi adalah sesuatu disiplin kategoris, artinya sosiologi membicarakan obyeknya secara apa adanya, dan bukan bagaimana seharusnya. Misalnya sosiologi mengatakan bahwa struktur masyarakat suatu daerah berbentuk demikian (apa adanya), dan tidak mengatakan bahwa struktur masyarakat di daerah tersebut seharusnya begini atau begitu. Hal ini bukan berarti pandangan-pandangan sosiologi tidak akan berguna bagi kebijaksanaan kemasyarakatan dan politik, akan tetapi pandangan-pandangan sosiologis tak dapat menilai apa yang buruk dan apa yang baik segala sesuatu yang bersangkutan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Sosiologi dapat menetapkan bahwa masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai yang tertentu, akan tetapi selanjutnya tidak dapat ditentukan bagaimana nilai-nilai tersebut seharusnya.

c.     Sosiologi termasuk ilmu murni (pure science)

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied science). Perlu dicatat bahwa dari sudut ilmu penerapannya ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bagian ilmu tersebut. Ilmu pengetahuan murni adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak hanya untuk mempertinggi mutunya, tanpa menggunakannya dalam masyarakat. Sedangkan ilmu pengetahuan terapan bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat dengan maksud membantu kehidupan masyarakat.

d.     Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang konkrit.

Artinya, bahwa yang diperhatikannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat tetapi bukan wujudnya yang konkrit.

e.     Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi antar manusia dan juga perihal sifat hakiki, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.

f.      Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.

Ciri tersebut menyangkut soal metode yang dipergunakannya

g.     Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus.

Artinya, sosiologi mempelajari gejala yang umum ada pada setiap interaksi antar manusia.

 

4.   RUANG LINGKUP SOSIOLOGI

Unsur pokok dari kajian sosiologi adalah masyarakat. Namun, masyarakat sendiri adalah sekumpulan dari individu-individu yang memiliki karakteristik tertentu. Istilah individu berasal dari bahasa Latin individuum yang mempunyai arti yang terbagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas. Dari kata ini kemudian individu didefinisikan sebagai “orang, seorang atau manusia perseorangan”. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Walaupun individu bersifat tunggal tetapi individu dibangun oleh tiga aspek, yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial.

Individu berstatus sebagai anggota masyarakat, karena masyarakat merupakan bentukan dari kumpulan sejumlah individu yang mengadakan hubungan sosial. Antara individu yang satu dengan individu lainnya terdapat perbedaan, tetapi lebih merupakan perbedaan watak dan karakter, yang merupakan kodrat manusia yang dibawa sejak lahir dan berkembang setelah terjadi pergaulan di antara mereka. Tetapi yang jelas bahwa individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sosialnya, sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles bahwa man is by nature a political animal (manusia pada kodratnya adalah makhluk yang selalu berkumpul).

Ralph Linton mengartikan masyarakat sebagai “setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu”. Di lain pihak JL Gillin dan JP Gillin mengartikan masyarakat sebagai “kelompok manusia terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama” . Namun, dari berbagai penjabaran pada dasarnya masyarakat memiliki empat karakteristik , yaitu 1) terdiri dari beberapa individu, 2) saling berinteraksi, 3) dalam jangka waktu yang relatif lama, dan 4) menimbulkan perasaan kebersamaan.

Individu berdasarkan aspek sosialnya akan selalu berusaha membangun hubungan dengan individu lainnya, artinya terdapat sejumlah alasan tertentu mengapa sekumpulan individu membentuk masyarakat. Terdapat sejumlah faktor yang mendorong sekumpulan individu untuk membentuk masyarakat, yaitu adanya 1) dorongan seksual (reproduksi) untuk mengembangkan keturunannya, 2) kesadaran bahwa individu itu lemah sehingga dia akan selalu mencari kekuatan bersama, 3) perasaan diuntungkan ketika bergabung dengan individu lainnya, dan 4) kesamaan keturunan, kebudayaan, teritorial, nasib, dan kesamaan-kesamaan lainnya.

Individu ini tidak bisa berkembang hanya dengan mengandalkan keindividuannya, melainkan harus melalui pergaulan dengan individu-individu yang lain (anggota masyarakatnya). Di dalam kehidupan bermasyarakat maka individu harus belajar memakai bahasa, norma-norma dan nilai-nilai yang terdapat di dalam masyarakatnya tersebut. Artinya, individu tetap ada di bawah kendali masyarakatnya. Namun demikian, walaupun individu berada di bawah kendali masyarakatnya, adalah salah apabila kita berpikir bahwa individu semata-mata hanya akan mengikuti masyarakatnya. Bagaimana pun individu tetap mempunyai kekuatan tertentu yang digunakan sebagai senjata untuk melawan pengaruhpengaruh dari masyarakatnya.

Sehubungan dengan kajian tentang hubungan individu dan masyarakat, terdapat tiga kelompok besar pemikir yang mempunyai perbedaan penekanan dalam pokok pikirannya, yaitu

a.     Spencer, Pareto, dan Ward yang berpendapat bahwa individu mempunyai kedudukan yang lebih dominan daripada masyarakat.

b.     Comte dan Durkheim yang berpendapat bahwa masyarakat mempunyai kedudukan yang lebih dominan daripada individu.

c.     Sumner dan Weber yang berpendapat bahwa terdapat saling ketergantungan antara individu dan masyarakat.

Ruang lingkup sosiologi yaitu sciences (ilmu pengetahuan) adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya (objektif). Menurut lingkupannya, science dapat dibagi:

1)    Natural Sciences, ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala alam baik yang hayati atau hidup (biologi) maupun yang tidak hayati (fisika);

2)    Humanities atau Humaniora, ilmu pengetahuan kerohaniaan yang mempelajari manifestasi-manifestasi sprituil dari kehidupan bersama manusia; dan

3)    Social Sciences, ilmu pengetahuan kemasyarakatan adalah kelompok ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan bersama manusia dengan sesamanya yaitu kehidupan sosial.

Kehidupan bersama itu dapat dilihat dari berbagai segi atau aspek kehidupan, misalnya segi kehidupan ekonomi dipelajari oleh ilmu ekonomi, segi kehidupan politik dipelajari oleh ilmu politik, dan segi kehidupan hukum dipelajari oleh ilmu hukum. Setiap segi dari kehidupan bersama itu memiliki unsur-unsur sosial atau unsur-unsur kemasyarakatan. Unsur sosial inilah yang menjadi lingkungan sosiologi, norma-norma atau kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Kesemuanya ini berjalinan satu sama lainnya dan keseluruhan dari unsur-unsur sosial ini dalam hubungannya satu sama lain disebut struktural sosial.

Di samping mempelajari kehidupan bersama itu dalam strukturnya, maka sosiologi juga mempelajari pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan hukum dengan segi kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik. Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan dicakup dalam pengertian proses-proses sosial.

D.    KESIMPULAN

1.   Sosiologi berasal dari bahasa latin Socius dan Logos. Socius berarti teman, atau sahabat. Sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi berarti ilmu pengetahuan tentang bagaimana berteman, berkawan, bersahabat atau suatu ilmu yang membicarakan tentang bagaimana bergaul dengan masyarakat, dengan kata lain sosiologi mempelajari tentang masyarakat, atau ilmu pengetahuan tentang hidup masyarakat.

2.   Ritzer memetakan teori sosiologi berdasarkan paradigma yang dianut masing-masing teori. Ritzer membagi tiga paradigma teoretis sosiologi yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial.

3.   Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi memiliki ciri – ciri empiris, teoritis,  kumulatif dan non etis.

4.   Ruang lingkup sosiologi yaitu sciences (ilmu pengetahuan). Oleh karena sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat, maka segala hal yang berhubungan dengan masyarakat adalah termasuk dalam ruang lingkup sosiologi.

 

E.    SUMBER BACAAN

1.   Dr. Tjipto Subadi, M.Si, Sosiologi.

2.   Muhammad Syukur, Dasar-Dasar Teori Sosiologi, Rajawali Pers, 2018.

3.   Muhammad Rusydi Rasyid, Pendidikan Dalam Perspektif Teori Sosiologi, AULADUNA, VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2015: 274-286, http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/view/882/852

1.   Sosiologi Industri, http://digilib.uinsby.ac.id/7325/3/Sosiologi.pdf

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kaidah ghoiru asasiyah

ringkasan Nahwu

AKHLAK TERHADAP TEMAN SEBAYA